Rasulullah Sallallahu �alaihi wa Sallam bersabda: Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah �ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan �Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah �ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam.� [HR Ahmad dan Baihaqi dari Nu�man bin Basyir dari Hudzaifah r.a]
Terbentuknya khilafah ‘ala minhaj nubuwwah berawal dari masyarakat dunia yang memiliki kecintaan kepada Allah azzawajalla dan Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melebihi hartanya, keluarganya, bahkan dirinya sendiri. Sehingga rela mengorbankan diri dan hartanya dan keluarganya dalam keadaan apa saja walaupun pada malam pengantin, berkorban untuk Allah dan RosulNya. Ketika di seru oleh Khalifah untuk berperang melawan yahudi nanti di akhir zaman langsung mentaatinya.yang diterangkan dalam hadits shohih yang berbunyi “ tidak akan terjadi kiamat sebelum perang dengan yahudi”. Ini pasti terjadi. Sedangkan Kondisi masyarakat sekarang ini sudah pupus kecintaannya pada Allah dan Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Allah azzawajalla dan Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dinomor seratuskan. Umat islam saat ini menderita penyakit wahan yaitu cinta dunia dan takut mati seperti yang di kabarkan oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 3745)
Untuk membentuk masyarakat yang cinta kepada Allah azzawajalla dan Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, tidak ada cara lain yang harus di tempuh kecuali meniru mencontoh bagaimana dulu Rosulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membentuk masyarakat medinah Yaitu para shahabat radliallahu’anhu ajma’in. Masyarakat yang cinta kepada Allah azzawajalla dan Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam melebihi segalanya yang ada di dunia ini bahkan dirinya sendiripun rela dikorbankan untuk Allah azzawajalla dan Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Dulu kehidupan di Makkah sebelum datang perintah sholat dan yang lainnya. Allah azzawajalla perintahkan untuk dakwah dan tabligh lihat surat Al Mudatsir. Besarkan nama Allah azzawajalla, sehingga ada sahabat yang sampai pingsan dipukuli kaum kafir Quraisy dikarenakan menyampaikan kalimat tauhid laailahaillallah, baca kisah shahabat Abu Dzar Al-Ghiffary. Masa itu berlangsung selama 12 tahun lebih. Pada waktu itu para Shahabat masih di sebut ya ayyuhannas ( hai manusia) atau hai anak adam, belum disebut orang beriman oleh Allah azzawajalla, padahal begitu besar pengorbanan para shahabat waktu itu. Dalam perjuangan usaha atas iman itulah iman para sahabat terbentuk di tarbiyah oleh Allah azzawajalla. Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam senantiasa mentarghib para sahabatnya dengan sabda beliau dan wahyu dari Allah azzawajalla yaitu ayat2 makkiyah yang berisi cerita surga dan kisah dakwah dan pengorbanan para nabi, sahabat rodliallahu ‘anhum merasa pengorbanan mereka belum ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan pengorbanan para nabi terdahulu, sehingga mereka kembali semangat lagi. Satu per satu orang kafir Quraisy memeluk islam. Orang yang baru masuk islam langsung berdakwah kepada orang kafir Quraisy lainnya walaupun nyawa taruhannya, dengan inilah iman para sahabat terbentuk sehingga menghujam di hati seperti pohon yang akarnya menhujam ke bumi. Inipun iman para sahabat belum diakui oleh Allah azzawajalla.
Surat Al Ankabut ayat 2-3:
[2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
[3] Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
[195] Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
Setelah para shahabat rodliallahu ‘anhum berhijrah bersama Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dari mekkah ke madinah meninggalkan perniagaannya, perkebunannya, keluarganya untuk Allah azzawajalla dan RosulNYa, barulah Allah azzawajalla menyebut diri mereka orang beriman.
[72] Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
[73] Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. [74] Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia. [75] Dan orang-orang yang beriman sesudah itu, kemudian berhijrah dan berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. |
14] Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
[15] Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. [16] Katakanlah (kepada mereka): "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu), padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [17] Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". |
Jadi iman itu butuh pengakuan dari Allah subhanahu wa ta’ala, seperti para shahabat yang di akui keimananya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Dari masjid madinah inilah terpancar cahaya hidayah ke seluruh penjuru dunia. Masjid hidup dengan amal agama selama 24 jam laksana pabrik, pabrik hidayah. Di masjid madinah hidup amalan dakwah, proses belajar mengajar, dzikir, ibadah dan pelayanan. utusan bersama jama’ahnya diutus oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ke suku-suku, negeri-negeri lainnya untuk sampaikan surat dakwah Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Sebelum diutus diberi bayan nasehat dulu oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Ibnu Abbas rodhiyallohu anhu mengatakan bahwa ketika Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau bersabda:
"Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali dakwah yang kamu sampaikan kepada mereka adalah syahadat "Laa Ilaaha Illalloh" (agar mentauhidkan Alloh) jika mereka telah mematuhi apa yang kamu dakwahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Alloh mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Alloh mewajibkan kepada mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka dan jagalah dirimu dari doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tiada satu tabir penghalang pun antara do'anya dan Alloh."
(HR. Bukhari dan Muslim)
"Sungguh, kamu akan mendatangi kaum Ahli Kitab, maka hendaklah pertama kali dakwah yang kamu sampaikan kepada mereka adalah syahadat "Laa Ilaaha Illalloh" (agar mentauhidkan Alloh) jika mereka telah mematuhi apa yang kamu dakwahkan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Alloh mewajibkan kepada mereka sholat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Alloh mewajibkan kepada mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mematuhi apa yang kamu sampaikan itu, maka jauhkanlah dirimu dari harta pilihan mereka dan jagalah dirimu dari doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tiada satu tabir penghalang pun antara do'anya dan Alloh."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad rodhiyallohu 'anhu, bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi Wa Sallam selama perang Khaibar bersabda:
"Demi Alloh, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) itu esok hari kepada orang yang mencintai Alloh dan RosulNya dan dia dicintai Alloh dan RosulNya, semoga Alloh menganugerahkan kemenangan melalui tangannya." Maka semalam suntuk orang-orang pun membicarakan siapakah di antara mereka yang akan diserahi bendera tersebut. Pagi harinya, mereka mendatangi Rosululloh, masing-masing berharap untuk diserahi bendera tersebut. Lalu, beliau bersabda:
"Dimana Ali bin Abi Thalib?" Mereka menjawab, "Dia sakit kedua belah matanya." Mereka pun mengutus seorang utusan kepadanya dan didatangkan dia. Lalu Nabi meludah pada kedua belah matanya dan berdo'a untuknya, seketika itu dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rosululloh menyerahkan bendera kepadanya dan bersabda:
"Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak Alloh Ta'ala di dalam Islam yang wajib mereka laksanakan. Demi Alloh, bila Alloh memberi petunjuk satu orang lewat dirimu, benar-benar (hal itu) lebih berharga bagimu daripada unta-unta merah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
"Demi Alloh, niscaya akan kuserahkan bendera (komando perang) itu esok hari kepada orang yang mencintai Alloh dan RosulNya dan dia dicintai Alloh dan RosulNya, semoga Alloh menganugerahkan kemenangan melalui tangannya." Maka semalam suntuk orang-orang pun membicarakan siapakah di antara mereka yang akan diserahi bendera tersebut. Pagi harinya, mereka mendatangi Rosululloh, masing-masing berharap untuk diserahi bendera tersebut. Lalu, beliau bersabda:
"Dimana Ali bin Abi Thalib?" Mereka menjawab, "Dia sakit kedua belah matanya." Mereka pun mengutus seorang utusan kepadanya dan didatangkan dia. Lalu Nabi meludah pada kedua belah matanya dan berdo'a untuknya, seketika itu dia sembuh seakan-akan tidak pernah terkena penyakit. Lalu Rosululloh menyerahkan bendera kepadanya dan bersabda:
"Melangkahlah ke depan dengan tenang sampai kamu tiba di tempat mereka, kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah kepada mereka hak Alloh Ta'ala di dalam Islam yang wajib mereka laksanakan. Demi Alloh, bila Alloh memberi petunjuk satu orang lewat dirimu, benar-benar (hal itu) lebih berharga bagimu daripada unta-unta merah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mengirim jama’ah atau pasukan bukan untuk berperang melainkan untuk berdakwah, berperang bila terpaksa, kalau yang di dakwah menentang tidak mau tunduk dengan bayar fidyah. Jadi salah kalau ada yang menganggap Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam mengirim pasukan untuk berperang.
Hadis riwayat Abu Sufyan ra., ia berkata:
Aku berangkat ke Syam pada masa perdamaian Hudaibiah, yaitu perjanjian antara diriku dan Rasulullah saw. Ketika aku berada di Syam, datanglah sepucuksurat dari Rasulullah saw. yang ditujukan ke Hiraklius, PenguasaRomawi. Yang membawa surat itu adalah Dihyah Al-Kalbi yang langsung menyerahkannya kepada Penguasa Basrah. Selanjutnya, Penguasa Basrahmenyerahkan kepada Hiraklius. Hiraklius lalu bertanya: Apakah di sini terdapat seorang dari kaum lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Mereka menjawab: Ya! Maka aku pun dipanggil bersama beberapa orang Quraisy lainnya sehingga masuklah kami menghadap Hiraklius. Setelah mempersilakan kami duduk di hadapannya, Hiraklius bertanya: Siapakah di antara kamu sekalian yang paling dekat nasabnya dengan lelaki yang mengaku sebagai nabi ini? Abu Sufyanberkata: Lalu aku menjawab: Aku. Kemudian aku dipersilakan duduk lebih dekat lagi ke hadapannya sementara teman-temanku yang lain dipersilakan duduk di belakangku. Kemudian Hiraklius memanggil juru terjemahnya dan berkata kepadanya: Katakanlah kepada mereka bahwa aku akan menanyakan kepada orang ini tentang lelaki yang mengaku sebagai nabi itu. Jika ia berdusta kepadaku, maka katakanlah bahwa ia berdusta. Abu Sufyan berkata: Demi Allah, seandainya aku tidak takut dikenal sebagai pendusta, niscaya aku akan berdusta. Lalu Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Tanyakan kepadanya bagaimana dengan keturunan lelaki itu di kalangan kamu sekalian? Aku menjawab: Di kalangan kami, dia adalah seorang yang bernasab baik. Dia bertanya: Apakah ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja? Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apa kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dikatakannya? Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Siapakah pengikutnya, orang-orang yang terhormatkah atau orang-orang yang lemah? Aku menjawab: Para pengikutnya adalah orang-orang lemah. Dia bertanya: Mereka semakin bertambah ataukah berkurang? Aku menjawab: Bahkan mereka semakin bertambah. Dia bertanya: Apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agamanya setelah dia peluk karena rasa benci terhadapnya? Aku menjawab: Tidak. Dia bertanya: Apakah kamu sekalian memeranginya? Aku menjawab: Ya. Dia bertanya: Bagaimana peperangan kamu dengan orang itu? Aku menjawab: Peperangan yang terjadi antara kami dengannya silih-berganti, terkadang dia mengalahkan kami dan terkadang kami mengalahkannya. Dia bertanya: Apakah dia pernah berkhianat? Aku menjawab: Tidak. Dan kami sekarang sedang berada dalam masa perjanjian damai dengannya, kami tidak tahu apa yang akan dia perbuat. Dia melanjutkan: Demi Allah, aku tidak dapat menyelipkan kata lain dalam kalimat jawaban selain ucapan di atas. Dia bertanya lagi: Apakah perkataan itu pernah diucapkan oleh orang lain sebelum dia? Aku menjawab: Tidak. Selanjutnya Hiraklius berkata kepada juru terjemahnya: Katakanlah kepadanya, ketika aku bertanya kepadamu tentang nasabnya, kamu menjawab bahwa ia adalah seorang yang bernasab mulia. Memang demikianlah keadaan rasul-rasul yang diutus ke tengah kaumnya. Ketika aku bertanya kepada kamu apakah di antara nenek-moyangnya ada yang menjadi raja, kamu menjawab tidak. Menurutku, seandainya ada di antara nenek-moyangnya yang menjadi raja, aku akan mengatakan dia adalah seorang yang sedang menuntut kerajaan nenek-moyangnya. Lalu aku menanyakan kepadamu tentang pengikutnya, apakah mereka orang-orang yang lemah ataukah orang-orang yang terhormat. Kamu menjawab mereka adalah orang-orang yang lemah. Dan memang merekalah pengikut para rasul. Lalu ketika aku bertanya kepadamu apakah kamu sekalian menuduhnya sebagai pendusta sebelum dia mengakui apa yang dia katakan. Kamu menjawab tidak. Maka tahulah aku, bahwa tidak mungkin dia tidak pernah berdusta kepada manusia kemudian akan berdusta kepada Allah. Aku juga bertanya kepadamu apakah ada seorang pengikutnya yang murtad dari agama setelah ia memeluknya karena rasa benci terhadapnya. Kamu menjawab tidak. Memang demikianlah iman bila telah menyatu dengan orang-orang yang berhati bersih. Ketika aku menanyakanmu apakah mereka semakin bertambah atau berkurang, kamu menjawab mereka semakin bertambah. Begitulah iman sehingga ia bisa menjadi sempurna. Aku juga menanyakanmu apakah kamu sekalian memeranginya, kamu menjawab bahwa kamu sekalian sering memeranginya. Sehingga perang yang terjadi antara kamu dengannya silih-berganti, sesekali dia berhasil mengalahkanmu dan di lain kali kamu berhasil mengalahkannya. Begitulah para rasul akan senantiasa diuji, namun pada akhirnya merekalah yang akan memperoleh kemenangan. Aku juga menanyakanmu apakah dia pernah berkhianat, lalu kamu menjawab bahwa dia tidak pernah berkhianat. Memang begitulah sifat para rasul tidak akan pernah berkhianat. Aku bertanya apakah sebelum dia ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, lalu kamu menjawab tidak. Seandainya sebelumnya ada seorang yang pernah mengatakan apa yang dia katakan, maka aku akan mengatakan bahwa dia adalah seorang yang mengikuti perkataan yang pernah dikatakan sebelumnya. Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius bertanya lagi: Apakah yang ia perintahkan kepadamu? Aku menjawab: Dia menyuruh kami dengan salat, membayar zakat, bersilaturahmi serta membersihkan diri dari sesuatu yang haram dan tercela. Hiraklius berkata: Jika apa yang kamu katakan tentangnya itu adalah benar, maka ia adalah seorang nabi. Dan aku sebenarnya telah mengetahui bahwa dia akan muncul, tetapi aku tidak menyangka dia berasal dari bangsa kamu sekalian. Dan seandainya aku tahu bahwa aku akan setia kepadanya, niscaya aku pasti akan senang bertemu dengannya. Dan seandainya aku berada di sisinya, niscaya aku akan membersihkan segala kotoran dari kedua kakinya serta pasti kekuasaannya akan mencapai tanah tempat berpijak kedua kakiku ini. Dia melanjutkan: Kemudian Hiraklius memanggil untuk dibawakan surat Rasulullah saw. lalu membacanya. Ternyata isinya adalah sebagai berikut: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah, dari Muhammad, utusan Allah, untuk Hiraklius, Penguasa Romawi. Salam sejahtera semoga selalu terlimpah kepada orang-orang yang mau mengikuti kebenaran. Sesungguhnya aku bermaksud mengajakmu memeluk Islam. Masuklah Islam, niscaya kamu akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan menganugerahimu dua pahala sekaligus. Jika kamu berpaling dari ajakan yang mulia ini, maka kamu akan menanggung dosa seluruh pengikutmu.
(Wahai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat ketetapan yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain daripada Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah).
Selesai ia membaca surat tersebut, terdengarlah suara nyaring dan gaduh di sekitarnya. Lalu ia memerintahkan sehingga kami pun segera dikeluarkan. Lalu aku berkata kepada teman-temanku ketika kami sedang menuju keluar: Benar-benar telah tersiar ajaranIbnu Abu Kabasyah, dan sesungguhnya ia benar-benar ditakuti oleh RajaRomawi. Abu Sufyan berkata: Aku masih terus merasa yakin dengan ajaran Rasulullah saw. bahwa ia akan tersiar luas sehingga Allah berkenan memasukkan ajaran Islam itu ke dalam hatiku
Aku berangkat ke Syam pada masa perdamaian Hudaibiah, yaitu perjanjian antara diriku dan Rasulullah saw. Ketika aku berada di Syam, datanglah sepucuk


Jama’ah yang kembali ke madinah menceritakan kepada Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersama dengan para shahabat yang tinggal hal ihwal negeri yang didatangi. Hal ini berlangsung secara berkesinambungan secara intensif. Masjid madinah seperti pabrik hidayah, tawanan perang yang diikat di tiang masjid belum sampai 3 hari sudah memeluk islam karena melihat amal dan akhlak para shahabat radliallahu ‘anhum.
Pengiriman jama’ah dakwah sempat terhenti selama beberapa hari karena wafatnya Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, akibatnya banyak orang islam yang murtad karena ajakan nabi palsu musailama al kahzab dan banyak orang islam tidak bayar zakat.
Abu Bakar radliallahu’anhu segera ambil tindakan dengan mengirimkan rombongan usamah bin zaid radliallahu ‘anhu yang akan di kirim oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam. Nabi palsu dapat dibunuh orang yang murtad kembali masuk islam lagi dan orang2 bayar zakat lagi. Setelah itu terbentuklah kekhalifahan dari Abu bakar, Umar ibnu Khottab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu sofyan rodliallahu ‘anhum. Di zaman beliau-beliaulah islam tersebar ke seluruh dunia yang dibawa oleh jama’ah para shahabat dan tabi’in.
Di zaman tabi’ut tabi’in dakwah dilakukan secara infirodhi/ indidual, jama’ah dakwah yang di kirim seperti zaman khalifah tidak lagi dibentuk, masyarakat islam saat itu sibuk dengan ilmu pengetahuan. Inilah awal kemerosotan, kehinaan umat islam sampai sekarang.
Umat islam saat ini lahir dari rahim-rahim orang Islam sudah ada perintah dari Allah subhanahu wa ta’ala, iman belum terbentuk, maka untuk membentuk imaniyah umat islam saat ini tidak ada cara lain yaitu umat ini menjalankan dakwah dengan mengorbankan harta dan diri untuk berhijrah/bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain sampaikan kalimat tauhid kepada setiap manusia, karena dengan dakwah iman akan terbentuk, semangat beramal yang benar akan wujud. Dan karena perintah agama sudah ada maka usaha iman dan menuntut ilmu berjalan bersamaan. :ilmu agama ynag dicari umat islam umumnya yaitu ilmu yang wajib diketahui untuk amal yang fardhu’ain dan fardhu kifayah yang akan kita amalkan. Misalkan kalau kita sudah wajib untuk berhaji, maka kita wajib mengetahui ilmu syar’i nya haji. Kalau kita sudah wajib bayar zakat ya harus tahu ilmunya zakat, kalau kita mau berdagang yang wajib tahu ilmu syar’inya berdagang. Setelah kita mengetahui ‘ilmunya kita amalkan. Kecuali kalau kita ingin menjadi ‘alim/ ulama banyak sekali cabang ilmu agama yang harus dipelajari dan dihafalkan.
Di dunia ini banyak usaha-usaha untuk meninggikan agama Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan proses menuju terbentuknya Khilafah “ala minhaj nubuwwah sedang berjalan terus. Maka kita perlu mengetahui tanda-tanda usaha-usaha didunia ini yang akan menjadi cikal bakal/ awal terbentuknya Khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Menurut hadits riwayat Abu sofyan radliallahu ‘anhu mengenai utusan ke Heraklius di atas, tanda-tandanya sebagai berikut :
1. usaha yang di awalnya dilakukan oleh orang2 yang lemah. Sehingga selalu diremehkan oleh orang kebanyakan.
2. usaha yang selalu bertambah jumlah pelakunya.
Tanda-tanda yang lain :
3. Apabila penanggung jawab/ pemimpin usahanya wafat, usahanya terus berjalan dengan dipilih penanggug jawab yang baru karena mereka mengikuti Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam dan shahabatnya buka mengikuti pemimpinnya
4. Pelaku usaha tidak menamakan usahanya dengan nama kelompok.
5. Usahanya universal, tidak mengenal batas wilayah
6. Terorganisir dengan rapi dari yang terkecil sampai yang terbesar.
7. Tidak ada propaganda
8. memiliki satu maksud dan tujuan yaitu seluruh manusia taat pada Allah sebagaimana yang difikirkan dan dirisaukan oleh Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
9. selalu mengirim jama’ah dakwah ke penjuru dunia siang dan malam.
10. Tidak ada penyandang dana, karena mereka jihad dengan harta dan dirinya sendiri. Sebagaimana para shahabat rodliallahu ‘anhum.
Apabila umat ini ingin ikut andil dalam terbentuknya Khilafah ‘ala minhaj nubuwwah carilah usaha untuk meninggikan agama Allah yang memiliki tanda-tanda di atas. Wallahu a’lam bishowab.
Komentar